Profil
A. Sejarah Gampong Balee Baroh Bluek
1. Mitos Gampong Balee Baroh Bluek
Jauh sebelum masuknya Islam ke daerah pidie dibentuklah suatu kerajaan yaitu kerajaan samaindra Waktu itu mereka masih menganut agama Budha Mahayana atau Himayana sejumlah tokoh sejarah menyakini dari agama inilah mereka beralih ke agama hindu. Lama kelamaan Kerajaan Sama Indra pecah mejadi beberapa kerajaan kecil.
Kala itu Kerajaan Sama Indra menjadi saingan Kerajaan Indrapurba (Lamuri) di sebelah barat dan kerajaan Plak Plieng (Kerajaan Panca Warna) di sebelah timur. Kerajaan Sama Indra mengalami goncangan dan perubahan yang berat kala itu, Menurut M Junus Djamil, pada pertengahan abad ke-14 masehi penduduk di Kerajaan SamaIndra beralih dari agama lama menjadi pemeluk agama Islam, setelah kerajaan itu diserang oleh Kerajaan Aceh Darussalam yang dipimpin Sultan Mansyur Syah (1354 – 1408 M). Selanjutnya, pengaruh Islam yang dibawa oleh orang-orang dari Kerajaan Aceh Darussalam terus mengikis ajaran hindu dan budha di daerah tersebut.
Para pedagang dan pembawa ajaran islam terus melakukan dakwah-dakwahnya hingga kepelosok pedalaman termasuk ke dalam wilayah gampong balee baroh bluek, bahkan dalam legenda diyakini bahwa di gampong balee baroh bluek pernah tinggal pembawa agama Islam dari Kerajaan Aceh Darussalam. Faktanya menunjukkan ada satu petak tanah dengan nama Achi sering disebut oleh masyarakat Gampong adalah lampoh aci. Achi merupakan sebutan untuk Aceh.
Keterangan lain menyebutkan Gampong Balee Baroh Bluek tanah ini berbentuk rawa yang hanya ditumbuhi pohon-pohon talas besar, pohon bambu, dan bak iboh. Manusia pertama yang mendiami tanah ini adalah suku achi (aceh), suku achi ini suku yang tidak mau tunduk pada kerajaan pedir dengan berjalannya waktu banyak pendatang yang berdatangan untuk menepati tempat ini
Setelah kerajaan Sama Indra takluk pada Kerajaan Aceh Darussalam, maka sultan Aceh selanjutnya, Sultan Mahmud II Alaiddin Johan Sjah mengangkat Raja Husein Sjah menjadi sultan muda di negeri Sama Indra yang otonom di bawah Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan Sama Indra kemudian berganti nama menjadi Kerajaan Pedir, yang lama kelamaan berubah menjadi Pidie seperti yang dikenal sekarang.
2. Lahirnya Nama Gampong Balee Baroh Bluek
Penamaan suatu daerah di Aceh identik dengan mythologi, klenik serta berdasarkan topografi wilayah sebuah gampong. Setiap Gampong memiliki asal-usul atau legenda terbentuknya Gampong tersebut, sehingga menjadi nilai sejarah sendiri bagi masyarakat yang mendiami suatu daerah tersebut bahkan dapat menjadikan sejarah bagi wilayah yang lebih luas seperti kabupaten, provinsi bahkan negara.
Desa (bahasa Jawa) di Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan nama Gampong, yang secara harfiah artinya kampung. Jumlah seluruhnya 5.463 gampong Secara administratif desa atau gampong ini merupakan unit pemerintahan terkecil yang berada di bawah satuan pemerintahan lain yang lebih besar yang dalam istilah Aceh dinamakan mukim. Perkataan mukim berasal dari bahasa Arab “muqim” yang artinya tempat tinggal, jumlah di seluruh Kabupaten Pidie 126 mukim, dan Gampong 591 buah. Gampong dan mukim ini saling berhubungan satu dengan yang lain. Tidak ada mukim tanpa gampong dan demikian juga sebaliknya.
Gampong merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati alam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Profil Gampong merupakan gambaran menyeluruh mengenai karakter Gampong yang meliputi data dasar keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana, serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi Gampong.
Gampong Balee Baroh Bluek merupakan sebuah gampong yang terletak diwilayah daratan yang terhampar dengan sawah dan rawa pada tahun 1945 seiring dengan kemerdekaan Indonesia maka lahirlah Gampong Balee Baroh Bluek. Lahirnya nama gampong Balee Baroh Bluek hal ini dikarenakan di bahagian selatan (baroh) gampong terletak satu balai (Bale), sehingga dinamakanlah Bale Baroh Bluek, sejauh ini belum diketahui asal kata “Bluek”.
3. Sejarah Kepemerintahan Gampong
Secara harfiah, pengertian Pemerintahan adalah kata jadian yang disebabkan karena subyeknya mendapat akhiran “an” artinya pemerintahan sebagai subyek melakukan tugas dan kegiatan tersebut sebagai pemerintah. Tambahan akhiran “an” dapat juga diartikan sebagai bentuk jamak atau dapat berarti lebih dari satu perintah.
Sistem pemerintahan Gampong Balee Baroh Bluek berasaskan kepada pola azas/kebudayaan dan peraturan formal yang sudah bersifat umum sejak zaman dulu. Pemerintahan gampong dipimpin oleh seorang Keuchik dan dibantu oleh wakil keuchik.
Gampong Balee Baroh Bluek telah di Pimpin 0leh 17 Geuchik Gampong, untuk lebih jelasnya bisa dilihat sebagaimana yang tergambarkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1 berikut memberikan gambaran tentang masa kepemimpinan pemerintahan gampong dari sebelum kemerdekaan sampai sekarang.
No
|
Tahun
|
Keuchik
|
Kondisi
Pemerintahan
|
Nara
Sumber
|
Ketarangan
|
1.
|
1921 s/d 1949
|
Bugeh
|
Pemilihan
ditunjuk oleh 23 KK yang ada, Keuchik masih sendiri belum ada unsur lainnya
|
M. Tamin
|
|
2.
|
1949 s/d 1950
|
Muhammad Amin
|
Aparatur
Gampong mulai bertambah, selain Keuchik sudah mulai ada Wakil Keuchik
|
M.Tamin
|
|
3.
|
1950 s/d 1960
|
H. Muhammad Ali
|
Surat
menyurat berjalan, kemudian Keuchik diangkat pemilihan langsung
Keuchik definitif Voting
|
sda
|
Mulai
terjadi pemberontakan DI/TI
|
4.
|
1960 s/d 1963
|
H. Muhammad Ali
|
Apatur
Gampong Menyelesaikan masaah dengan cara hukum adat
|
sda
|
|
5.
|
1963 s/d 1968
|
Muhammad Tamin
|
Pemerintahan
mulai normal, ada surat menyurat
|
sda
|
|
6.
|
1968 s/d 1970
|
Mahmud Aji
|
Pemerintahan
mulai normal, ada surat menyurat
|
sda
|
|
7.
|
1970 s/d 1975
|
Raban
|
Mulai
ada Sekdes, Waki Keuchik 3 orang sebagai Pimpinan Gampong
|
sda
|
|
| |
|
|
|
|
8.
|
1977 s/d 1982
|
Muhammad Tamin
|
Mulai ada Sekdes, Waki Keuchik 1 orang sebagai Pimpinan Gampong
|
sda
| |
9.
|
1982 s/d 1987
|
Muhammad Abdul Jalil
|
Surat menyurat berjalan, kemudian Keuchik diangkat pemilihan langsung Keuchik definitif Voting
|
sda
|
|
10.
|
1987 s/d 1992
|
Muhammad Abdul Jalil
|
Surat menyurat berjalan, kemudian Keuchik diangkat pemilihan langsung Keuchik definitif Voting
|
sda
|
|
11.
|
1992 s/d 1997
|
Muhammad Abdul Jalil
|
Surat menyurat berjalan, kemudian Keuchik diangkat pemilihan langsung Keuchik definitif Voting
|
sda
|
|
12.
|
1997 s/d 2003
|
H. Ibrahim Manyak
|
Surat menyurat berjalan, kemudian Keuchik diangkat pemilihan langsung Keuchik definitif Voting
|
sda
|
|
13.
|
2003 s/d 2008
|
H. Ibrahim Manyak
|
Surat menyurat berjalan, kemudian Keuchik diangkat pemilihan langsung Keuchik definitif Voting
|
sda
|
|
14.
|
2008 s/d 2013
|
Razali Yusuf
|
Surat menyurat berjalan, kemudian Keuchik diangkat pemilihan langsung Keuchik definitif Voting
|
sda
| |
15.
|
2013 s/d Sekarang
|
Muhammad Zaini, S. Pd
|
Surat menyurat berjalan, kemudian Keuchik diangkat pemilihan langsung Keuchik definitif Voting
|
sda
|
bersambung..........................